Total Tayangan Halaman

Selasa, 21 Mei 2013

Redakan Asma dengan Berolahraga

Apakah Anda penderita asma? Mulai sekarang Anda sebaiknya Anda rajin berolahraga agar Asma Anda tidak semakin parah.

Menurut hasil penelitian terbaru oleh Kristin V.Carson dan rekan-rekan penelitinya, aktivitas berolahraga ternyata tidak hanya baik bagi para penderita asma, tetapi juga bisa mengurangi risiko gejala atau serangan asma. Banyak penderita asma kebanyakan memang menghindari berolahraga karena takut memicu gejala atau serangan asma. Seiring berjalannya waktu tanpa berolahraga, Carson menjelaskan, pasien akan mengalami kekurusan, kehilangan massa otot dan kehilangan kebugaran kardiovaskular. Hal itu berakibat buruk pada aktivitas fisik kehidupan sehari-hari yang semakin membutuhkan energi lebih besar. Sehingga, kondisi seperti itu memperburuk kondisi pasien yang akan menjadi lebih lelah dan sesak napas.
Untuk mengetahui apakah olahraga berbahaya bagi penderita asma, Carson dan rekan-rekannya me-review hasil penelitian terakhir mengenai efek latihan fisik pada penderita asma. Mereka membandingkan pasien penderita asma yang tidak melakukan aktivitas fisik dengan pasien yang melakukan olahraga minimal 20 menit, dua kali seminggu, atau selama empat minggu penuh.
Para peneliti menemukan bahwa pasien yang melakukan pelatihan fisik seperti berjogging, treadmill, bersepeda, dan berenang, ternyata tidak memiliki masalah asma serius dibandingkan dengan mereka yang tidak berolahraga atau yang tidak berolahraga ringan seperti yoga.
Carson menambahkan, temuannya ini menunjukkan bahwa pasien dalam program olahraga juga bisa meningkatkan kebugaran kardiovaskular mereka yang mampu mengurangi gejala asma dari waktu ke waktu.
Selain itu, beberapa hasil dari penelitian ini termasuk penyaranan olahraga demi meningkatkan kualitas hidup pasien penderita asma, berkontribusi terhadap manfaat kesehatan lainnya, dan meningkatkan kesehatan psikologis.
Sumber Bacaan

Silahkan klik link artikel dibawah ini :
Frankincense Bisa Sembuhkan Asma?  

Ibu Hamil Perokok Lahirkan Bayi Penderita Asma

 Istilah asma sudah sering kita dengar sebelumnya, tapi apakah sebenarnya penyakit asma itu dan bagaimana cara menanganinya?
Apa Itu Asma?
Asma adalah suatu bentuk penyakit alergi yang diturunkan dari orang tua dan ditandai dengan gangguan saluran nafas seperti sesak, batuk yang disertai suara mengi namun tanpa disertai demam (kecuali bila ada infeksi).
Apa Saja Gejala Asma Itu?
Gejala asma beragam, antara lain rasa sesak yang hilang timbul dan kadang batuk yang tidak sembuh dengan antibiotik. Pada kondisi yang berat, sesak nafas ini dapat menimbulkan penurunan kesadaran.
Siapa Saja yang Bisa Terkena Asma?
Asma dapat mengenai semua usia, dari anak hingga orang tua.
Faktor Apa Saja yang Mencetuskan Asma?
Penyakit asma seperti yang telah dijelaskan diatas adalah suatu penyakit alergi sehingga gejala muncul apabila terdapat faktor pencetus seperti suhu dingin, debu, makanan tertentu hingga obat-obatan herbal, dan sebagainya.
Bagaimana Memastikan Anda Terkena Asma?
Dari gejala yang telah disebutkan di atas, diikuti dengan pemeriksaan seperti spirometri untuk melihat fungsi paru dan rongent paru untuk mencari adakah infeksi. Pemeriksaan darah tidak memiliki fungsinya terlalu signifikan dalam diagnosis asma.
Bila Anda Sudah Mendapat Diagnosis Asma, Apa yang Dapat Dilakukan?
Yang utama dari penanganan asma adalah PENCEGAHAN dari faktor pencetus asma. Pencegahan ini harus dilakukan oleh pasien, karena faktor pencetus asma tidak dapat ditentukan oleh dokter melainkan oleh pasien sendiri dengan memperhatikan waktu terjadinya serangan asma.
Pengobatan asma terdiri dari obat reliever yang bertujuan menghilangkan gejala yang sudah terjadi dan controller yang bertujuan mencegah serangan sebelum terjadi. Contoh obat reliever adalah salbutamol dan contoh obat controller adalah budesonide yang semuanya diberikan secara inhalasi.
Olahraga adalah salah satu upaya yang dapat membantu menurunkan kejadian serangan asma, dan jenis olahraga yang dianjurkan adalah yang bersifat aerobik seperti jogging, berenang, maupun bersepeda.
Sumber Bacaan

Silahkan klik link artikel dibawah ini :
Redakan Asma dengan Berolahraga

Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Asma dan Cara Mengatasinya

 Istilah asma sudah sering kita dengar sebelumnya, tapi apakah sebenarnya penyakit asma itu dan bagaimana cara menanganinya?
Apa Itu Asma?
Asma adalah suatu bentuk penyakit alergi yang diturunkan dari orang tua dan ditandai dengan gangguan saluran nafas seperti sesak, batuk yang disertai suara mengi namun tanpa disertai demam (kecuali bila ada infeksi).
Apa Saja Gejala Asma Itu?
Gejala asma beragam, antara lain rasa sesak yang hilang timbul dan kadang batuk yang tidak sembuh dengan antibiotik. Pada kondisi yang berat, sesak nafas ini dapat menimbulkan penurunan kesadaran.
Siapa Saja yang Bisa Terkena Asma?
Asma dapat mengenai semua usia, dari anak hingga orang tua.
Faktor Apa Saja yang Mencetuskan Asma?
Penyakit asma seperti yang telah dijelaskan diatas adalah suatu penyakit alergi sehingga gejala muncul apabila terdapat faktor pencetus seperti suhu dingin, debu, makanan tertentu hingga obat-obatan herbal, dan sebagainya.
Bagaimana Memastikan Anda Terkena Asma?
Dari gejala yang telah disebutkan di atas, diikuti dengan pemeriksaan seperti spirometri untuk melihat fungsi paru dan rongent paru untuk mencari adakah infeksi. Pemeriksaan darah tidak memiliki fungsinya terlalu signifikan dalam diagnosis asma.
Bila Anda Sudah Mendapat Diagnosis Asma, Apa yang Dapat Dilakukan?
Yang utama dari penanganan asma adalah PENCEGAHAN dari faktor pencetus asma. Pencegahan ini harus dilakukan oleh pasien, karena faktor pencetus asma tidak dapat ditentukan oleh dokter melainkan oleh pasien sendiri dengan memperhatikan waktu terjadinya serangan asma.
Pengobatan asma terdiri dari obat reliever yang bertujuan menghilangkan gejala yang sudah terjadi dan controller yang bertujuan mencegah serangan sebelum terjadi. Contoh obat reliever adalah salbutamol dan contoh obat controller adalah budesonide yang semuanya diberikan secara inhalasi.
Olahraga adalah salah satu upaya yang dapat membantu menurunkan kejadian serangan asma, dan jenis olahraga yang dianjurkan adalah yang bersifat aerobik seperti jogging, berenang, maupun bersepeda.
Sumber Bacaan

Silahkan klik link artikel dibawah ini :
Ibu Hamil Perokok Lahirkan Bayi Penderita Asma  

Awas, Merokok Sebabkan Risiko Asma pada Cucu Anda

Bahaya merokok terhadap pengguna dan anak-anaknya memang sudah diketahui. Tetapi penelitian baru menunjukkan bahwa merokok juga bisa menurunkan risiko penyakit asma pada cucu-cucu para perokok.

Asma merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Ini adalah penyakit kronis yang paling umum pada masa kanak-kanak. Meski ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap asma, ibu yang merokok selama masa kehamilan juga termasuk factor risiko yang terkenal dan harus dihindari.
Selama kehamilan, nikotin bisa mempengaruhi paru-paru janin yang sedang berkembang, predisposisi bayi untuk asma di masa kanak-kanak.
Peneliti dari Harbor-UCLA Medical Centre, California, menguji efek dari paparan nikotin selama kehamilan pada tikus, tidak hanya melihat pada anak mereka, tetapi juga pada generasi kedua alias cucunya.
Paparan di dalam rahim mengakibatkan keturunan jantan dan wanita memiliki fungsi paru-paru yang kurang konsisten dengan asma.
Ini juga mengganggu fungsi paru-paru pada keturunan generasi kedua mereka sendiri, meski tikus generasi pertama tidak terpapar nikotin setelah dilahirkan.
Tingkat protein meningkat pada ibu perokok di paru-paru keturunannya, seperti reseptor fibronectin, collagen dan nicotinic aceylcholine, yang juga ditemukan pada cucunya.

Asma pada Orang Dewasa Disebabkan Lingkungan Kerja?

Waspadalah! Menurut para peneliti, ada banyak pekerjaan yang diduga bisa menyebabkan asma pada orang dewasa.
Dalam sebuah studi baru, awal perkembangan asma di masa dewasa sangat terkait dengan jenis pekerjaan, dan bukti terkuat tampaknya pada pekerjaan yang melibatkan kebersihan.
Para peneliti melakukan tinjauan sejarah pekerjaan di hampir 7.500 orang dewasa Inggris yang lahir pada 1958 dan semuanya diikutsertakan dalam Studi Pembangunan Anak Nasional. Studi ini melacak kesehatan jangka panjang di lebih dari 11.000 orang yang hidup di Inggris.
Jenis-jenis pekerjaan yang terkait dengan asma diantaranya adalah pertanian dengan lebih dari 4 kali lipat berisiko, penata rambut yang hampir 2 kali lipat berisiko, dan percetakan yang 3 kali lipat berisiko asma. Selain itu, pekerjaan di bidang kebersihan lainnya juga termasuk yang paling berisiko.
Setelah memperhitungkan faktor yang memengaruhi, orang yang terpapar zat perantara risiko rendah tercatat 20 persen lebih rentan untuk terserang asma. Sementara, orang yang terpapar zat perantara risiko tinggi tercatat 53 persen lebih mudah terkena asma. Dan, bagi yang terpapar kedua tingkatan risiko zat perantara tersebut tercatat 34 persen lebih mudah terkena asma.
Seperti dikutip Zeenews.com, zat perantara berisiko tinggi ini termasuk tepung, enzim, pembersih/produk disinfektan, logam dan asap logam, serta produksi tekstil.
Sumber Bacaan

Silahkan klik link artikel dibawah ini :
Awas, Merokok Sebabkan Risiko Asma pada Cucu Anda

Berjemur Bisa Sembuhkan Sakit Asma?

Baru-baru ini sebuah studi yang dilakukan di London, Inggris, menemukan terobosan baru dalam menanggulangi penyakit asma.

Penelitian yang dilakukan tim peneliti dari King’s College London mengungkapkan bahwa meningkatkan asupan vitamin D bisa menjadi cara yang efektif untuk mengurangi risiko memburuknya penyakit asma, dan berjemur di bawah sinar matahari adalah cara yang tepat untuk mendapatkan asupan vitamin D setiap hari.
Prof. Catherine Hawrylowicz selaku peneliti mengatakan, “Kami tahu betul bahwa orang-orang yang kadar vitamin D-nya tinggi lebih mampu mengendalikan asma mereka,” seperti dikuti BBC.
Lebih detil peneliti mengungkapkan bahwa vitamin D memiliki pengaruh yang signifikan terhadap senyawa interleukin-17 yang terdapat dalam tubuh. Senyawa tersebut merupakan bagian penting dalam sistem kekebalan tubuh. Namun jika kadarnya terlalu tinggi, senyawa tersebut berpotensi memunculkan gejala asma.
Studi yang telah dimuat dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology menemukan bahwa vitamin D dapat menurunkan kadar interleukin-17 dan berpotensi mengurangi gejala asma.
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengetahui efektifitas berjemur di bawah sinar matahari, sebagai langkah untuk meningkatkan asupan vitamin D, dengan berkurangnya gejala pada penderita asma.
“Tapi di balik ini ada juga pesan penting bahwa terpapar sinar matahari terlalu lama juga tidak baik bagi kesehatan kulit,” tutup Catherine.

Silahkan klik link artikel dibawah ini : 

Sabtu, 18 Mei 2013

Keluarga Swartz Salahkan Sistem Pengadilan AS

Swartz bunuh diri. Keluarga lampiaskan kecewa lewat surat terbuka
Kematian aktivis Internet dan penggiat teknologi Aaron Swartz menyedot perhatian orang banyak, tidak hanya meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga dan koleganya.

Seperti diketahui, Swartz mengakhiri hidupnya di apartemen pada Jumat pekan lalu. Dugaan sementara, dia mengalami depresi berat atas tuduhan hukum pencurian data dan informasi.

Dalam surat terbuka, pihak keluarga Swartz dan koleganya menyalahkan pengadilan Amerika Serikat menyusul kematian Swartz. Berikut bunyinya, dilansir Ars Technica, Senin 14 Januari 2013:

"Kematian Aaron bukan sekadar tragedi pribadi. Ini adalah produk dari sistem peradilan pidana yang sarat intimidasi dan melampaui batas penuntutan. Keputusan resmi yang diambil pejabat kantor kejaksaan Massachusetts, Amerika Serikat, dan pengacara di MIT (Massachusetts Institute of Technology) bertanggung jawab atas kematian Swartz.
Jaksa penuntut umum terus menuduhnya atas tuduhan kejahatan yang sejatinya tidak menimbulkan korban, dengan potensi hukuman penjara maksimal lebih dari 30 tahun. Sementara itu, tidak seperti JSTOR (Journal Storage), MIT enggan memperjuangkan Aaron.
Hari ini, kami berduka untuk orang yang sangat luar biasa dan tidak akan tergantikan untuk selama-lamanya."
JSTOR merupakan perpustakaan digital yang diciptakan oleh Andrew W Mellon Foundation. Swartz diketahui pernah mengunduh data di jurnal online tersebut, tapi kemudian dituduh mencuri data, penipuan komputer, karena dianggap mengambil informasi tidak sah dari komputer yang dilindungi.

Sementara, Chief Technology Officer (CTO) Artemis Internet, Alex Stamos membela tindakan Swartz. Stamos malah menyalahkan sistem buruk di MIT yang tidak mencegah upaya kejahatan data.

"Aaron tidak meretas situs JSTOR untuk semua kategori peretasan," kata Stamos yang juga menjadi saksi ahli dalam kasus Swartz.

Tuduhan itu membuat Swartz didakwa atas penipuan komputer dan tindakan lainnya terkait pengunduhan artikel JSTOR di MIT secara ilegal. Ia mengaku tak bersalah dan rencananya sidang akan dimulai pada April mendatang.