Total Tayangan Halaman

Tampilkan postingan dengan label Komputer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Komputer. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 18 Mei 2013

Keluarga Swartz Salahkan Sistem Pengadilan AS

Swartz bunuh diri. Keluarga lampiaskan kecewa lewat surat terbuka
Kematian aktivis Internet dan penggiat teknologi Aaron Swartz menyedot perhatian orang banyak, tidak hanya meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga dan koleganya.

Seperti diketahui, Swartz mengakhiri hidupnya di apartemen pada Jumat pekan lalu. Dugaan sementara, dia mengalami depresi berat atas tuduhan hukum pencurian data dan informasi.

Dalam surat terbuka, pihak keluarga Swartz dan koleganya menyalahkan pengadilan Amerika Serikat menyusul kematian Swartz. Berikut bunyinya, dilansir Ars Technica, Senin 14 Januari 2013:

"Kematian Aaron bukan sekadar tragedi pribadi. Ini adalah produk dari sistem peradilan pidana yang sarat intimidasi dan melampaui batas penuntutan. Keputusan resmi yang diambil pejabat kantor kejaksaan Massachusetts, Amerika Serikat, dan pengacara di MIT (Massachusetts Institute of Technology) bertanggung jawab atas kematian Swartz.
Jaksa penuntut umum terus menuduhnya atas tuduhan kejahatan yang sejatinya tidak menimbulkan korban, dengan potensi hukuman penjara maksimal lebih dari 30 tahun. Sementara itu, tidak seperti JSTOR (Journal Storage), MIT enggan memperjuangkan Aaron.
Hari ini, kami berduka untuk orang yang sangat luar biasa dan tidak akan tergantikan untuk selama-lamanya."
JSTOR merupakan perpustakaan digital yang diciptakan oleh Andrew W Mellon Foundation. Swartz diketahui pernah mengunduh data di jurnal online tersebut, tapi kemudian dituduh mencuri data, penipuan komputer, karena dianggap mengambil informasi tidak sah dari komputer yang dilindungi.

Sementara, Chief Technology Officer (CTO) Artemis Internet, Alex Stamos membela tindakan Swartz. Stamos malah menyalahkan sistem buruk di MIT yang tidak mencegah upaya kejahatan data.

"Aaron tidak meretas situs JSTOR untuk semua kategori peretasan," kata Stamos yang juga menjadi saksi ahli dalam kasus Swartz.

Tuduhan itu membuat Swartz didakwa atas penipuan komputer dan tindakan lainnya terkait pengunduhan artikel JSTOR di MIT secara ilegal. Ia mengaku tak bersalah dan rencananya sidang akan dimulai pada April mendatang.


Peretas China "Serbu" New York Times

Sejumlah kata kunci milik wartawan dan karyawan lain berhasil dicuri

Dalam empat bulan terakhir, peretas China secara bertubi-tubi menghantam salah satu surat kabar terbesar di AS, New York Times. Dalam aksinya, para peretas menyusup ke dalam sistem komputer kantor media tersebut dan mencuri password (kata kunci) milik wartawan dan karyawan lainnya.

Namun, setelah diam-diam melacak para penyusup, dan mempelajari modus aksi mereka, NY Times dibantu beberapa ahli keamanan siber berhasil mengamankan sistem komputer, mengusir para peretas, sekaligus membuat pertahanan berlapis agar tidak disusupi lagi.

Dilansir NY Times, Kamis 31 Januari 2013, serangan selama empat bulan tanpa henti itu dilatarbelakangi oleh laporan investigasi NY Times tentang kekayaan Perdana Menteri China.

Pada berita yang diterbitkan secara online, 25 Oktober 2012 silam, raksasa surat kabar di AS itu memaparkan bahwa keluarga Wen Jiabao, Perdana Menteri China, telah mengumpulkan kekayaan senilai beberapa miliar dolar hasil dari perjanjian bisnis.

Setelah empat bulan, ahli keamanan siber yang disewa NY Times akhirnya mendeteksi dan memblokir serangan para peretas, berikut bukti digitalnya. Peretas diketahui masuk melalui akun e-mail David Barboza, kepala biro NY Times di Shanghai, yang menulis laporan tentang kerabat Wen Jiabao.

Tak hanya itu, para peretas juga membuka jalur serangan melalui akun e-mail Jim Yardley, kepala biro NY Times untuk Asia Selatan di India, yang sebelumnya juga sempat bekerja sebagai kepala biro di Beijing, China.

"Untungnya, para pakar keamanan siber tidak menemukan bukti bahwa peretas berhasil mencuri e-mail atau file terkait laporan tentang keluarga Wen, diunduh ataupun disalin," ujar Jill Abramson, editor eksekutif NY Times.

Para peretas juga diketahui sempat melakukan penetrasi siber ke sejumlah universitas di AS, untuk melancarkan serangan dari sana, papar salah satu pakar keamanan Mandiant, perusahan yang disewa NY Times. "Ini adalah akal-akalan peretas agar jejak mereka sulit ditelusuri," paparnya.

Dalam aksi peretasan selama empat bulan, para pelaku sukses mencuri sejumlah kata kunci milik karyawan, dan menggunakannya untuk mengakses PC juga laptop milik 53 karyawan. Beruntung, rata-rata PC yang disusupi berada di luar ruang berita NY Times.

Ahli keamanan NY Times tidak menemui bukti bahwa para peretas menemukan informasi terkait laporan tentang Wen dan keluarga.

Sven Kamphuis, Hacker Paling "Berbisa" di Dunia

Namanya tersohor sebagai penyerang DDoS paling berbahaya
Usianya baru 35 tahun, tapi ia telah merepotkan kepolisian empat negara. Belanda, Jerman, Inggris dan Amerika Serikat. Pria itu adalah Sven Olaf Kamphuis, aktivis Internet asal Belanda, yang bekerja dalam sebuah perusahaan jasa keamanan Web hosting, Cyberbunker.

Ia menyebut dirinya sebagai juru kampanye untuk kebebasan Internet dan merupakan "cetakan" dari Julian Assange, pendiri WikiLeaks, seperti dilansir Telegraph, 30 April 2013.

Kamphuis tercatat sebagai peretas siber berbahaya di dunia dan dituntut bertanggung jawab atas serangan siber Spamhaus pada 15 Maret lalu. Spamhaus adalah organisasi yang fokus pada layanan anti spam e-mail asal Swiss.

Tak tanggung-tanggung, ia dituduh melakukan serangan berbahaya DDoS (distributed denial of service).

"Lumpuh"


Huffingtonpost melansir, jenis serangan DDoS ini bekerja dengan membanjiri lalu lintas server sehingga memacetkan pesan masuk. Kondisi ini membuat jaringan komputer melambat, padat, karena banyaknya trafik yang masuk. Konon, serangan Kamphuis memberikan dampak jaringan seluruh Eropa melambat, termasuk perbankan, finansial, dan telekomunikasi.

Sebagai gambaran, serangan siber baru-baru ini meningkat hingga 100 miliar bit per detik. Sementara serangan Kamphuis terhadap Spamhaus diperkirakan tiga kali lipat dari besarnya serangan itu. Maha destruktif.

Dampaknya, serangan ini menyebabkan sejumlah jaringan di beberapa negara lumpuh, termasuk situs perbankan AS pada tahun lalu. Namun, tidak diketahui berapa total kerugian akibat serangan ini.

Sementara itu, menurut BBC, jenis serangan DDoS mengirim data 50 Gbps. Untuk serangan terhadap Spamhaus mencapai 300 Gbps. Walhasil, lalu lintas server Internet di Belanda, Inggris Raya, dan AS pun terganggu.

Tapi, akhirnya, petualangan Kamphuis terhenti di Granollers, 35 km utara Barcelona, Spanyol. Ia tertangkap basah dan dituduh menjadi koordinator serangan terhadap Spamhaus.

Kamphuis mengaku, aksinya itu merupakan protes atas keputusan perusahaan anti-spam itu menambah server untuk memblokir spam.

Kepada polisi, ia mengaku sebagai bagian dari Kementerian Telekomunikasi dan Luar Negeri Republik Cyberbunker.

Bunker dan Mobil Van 
Uniknya, dalam melancarkan serangannya, Menteri Dalam Negeri Spanyol menduga Kamphuis mampu mengelola serangan jaringan dari sebuah mobil jenis van, yang dilengkapi peralatan berbagai antena sampai pemindai frekuensi. Kadang-kadang, ia juga melakukan serangan dari sebuah bunker.

Meski telah ditangkap dan menunggu hukuman, ia membantah tuduhan di balik serangan siber global yang menyebabkan jaringan komputer melambat di seluruh Eropa itu.

Sebaliknya, ia menganggap sebagai korban konspirasi serangan Spamhaus. Sampai saat ini, kasus tersebut masih dalam proses hukum.

Jumat, 17 Mei 2013

Lulzsec, Grup Peretas Asal Inggris Masuk Penjara

Lulzsec, Kelompok ini merupakan anggota dari group retas terkenal, Anonymous

Sepandai-pandainya tupai melompat, pada akhirnya jatuh juga. Begitulah kata-kata yang pantas menghinggapi peretas-peretas hebat asal Inggris, yang kini harus bertanggung jawab atas serangkaian serangan siber tingkat tinggi pada tahun 2011.

Korban dari serangan-serangannya seperti dilansir BBC, 17 Mei 2013 adalah Sony Pictures, EA Games, kantor berita internasional, serta badan keamanan di Inggris dan Amerika Serikat.

Kelompok hacker itu bernama Lulzsec, terdiri dari empat pria. Mereka adalah Ryan Cleary (21 tahun), Jake Davis (20 tahun), Mustafa al-Bassam (18 tahun), dan Ryan Ackroyd 26 tahun.

Hukuman penjara paling berat diterima Cleary, ia dikurung selama 32 bulan. Menyusul Ackroyd yang harus mendekam di penjara selama 30 bulan.

Sementara Davis dijebloskan ke penjara hingga dua tahun. Al Bassam, ia hanya diberi hukuman percobaan selama 20 bulan. "Tindakan kelompok hacker Lulzsec itu pengecut dan kejam," kata Andrew Hadik, pengacara di Crown Prosecution Service.

Kerugian dari tindakan kelompok peretas bisa berdampak luas di masa depan. "Kasus ini menjadi peringatan bagi penjahat-penjahat siber mereka bisa dikalahkan," tegas Hadik.

Dalam melakukan aksinya, peran dari setiap anggota kelompok berbeda-beda. Ackroyd berperan sebagai pemilih target dan menentukan strategi, Davids sebagai asisten pembuatan strategi. Cleary menyediakan perangkat lunak untuk melancarkan serangan, sementara Al-Bassam bertugas memposting data-data hasil curian secara online.

Di persidangan, keempat pemuda mengakui kesalahannya atas pencurian data di Sony, membuat berita palsu di situs berita The Sun, meretas situs CIA juga Angkatan Udara AS. Cleary, yang mendapat hukuman terberat, juga mengaku bersalah atas peretasan ke komputer Angkatan Udara AS.

Berbeda dengan yang lainnya, Jaksa Sandip Patel mengatakan, Cleary bukanlah anggota inti dari kelompok Lulzsec. Tapi, dia ingin menjadi anggota kelompok itu. "Dari hasil barang bukti sudah jelas diketahui bahwa mereka hanya ingin meraih ketenaran dan publisitas di dunia," kata Patel.

Kelompok hacker Lulzsec adalah bagian dari kelompok hacker Anonymous yang muncul dua tahun lalu.

Kelompok ini sebenarnya tidak memiliki kepentingan politik dalam serangannya, semata-mata hanya untuk menunjukkan bahwa mereka mampu meretas. "Kejahatannya adalah mencuri data email, kartu kredit, situs, dan melancarkan serangan DDoS," ujar Patel.

Pemimpin dari kelompok Lulzsec diduga bernama Hector Monsegur. Pria berusia 24 tahun itu berhasil ditangkap pada bulan Juni 2011 dan kemudian bekerja sama dengan FBI untuk membantu mengidentifikasi anggota lain dari Lulzsec.

Monsegur ditangkap atas tuduhan meretas dan mengganti tampilan muka situs-situs pemerintah dengan program-program kampanye kelompok Lulzsec.

Terhentinya Sepak Terjang Grup Hacker "Lulzsec"

Lulzsec. Namanya memang kurang populer, apalagi di kalangan masyarakat awam Tanah Air. Tapi, sejatinya kelompok peretas ini bukan sekumpulan orang sembarangan. Mereka termasuk yang amat diperhitungkan.
Bagaimana tidak? Sepanjang 2011, situs-situs sekaliber CIA, Angkatan Udara AS, Sony Pictures, hingga Electronic Arts (EA) Games, pernah mereka susupi dan diacak-acak. Badan keamanan Inggris dan Amerika Serikat pun sempat mereka buat kalang kabut.
Nama Lulzsec pun lantas mencuat di jagat maya dunia.

Tapi, aksi Lulzsec terhenti. Empat anggotanya berhasil diringkus di Inggris. Dan pada 16 Mei 2013, keempatnya dijatuhi hukuman penjara. Mereka adalah Ryan Cleary (21 tahun), Jake Davis (20 tahun), Mustafa al-Bassam (18 tahun), dan Ryan Ackroyd (26 tahun).

Hukuman penjara paling berat diterima Cleary. Dia dikurung selama 32 bulan. Menyusul Ackroyd yang harus mendekam di penjara selama 30 bulan. Sementara itu, Davis harus hidup di balik jeruji besi hingga dua tahun. Terakhir Al-Bassam, ia hanya diberi hukuman percobaan selama 20 bulan.
"Tindakan kelompok hacker Lulzsec itu tindakan pengecut dan kejam," kata Andrew Hadik, jaksa penuntut umum.

Bagi-bagi tugas

Dalam melakukan aksinya, peran dari setiap anggota kelompok berbeda-beda. Ackroyd berperan sebagai pemilih target dan menentukan strategi. Davids menemaninya sebagai asisten pembuat strategi.
Cleary menyediakan perangkat lunak canggih untuk melancarkan serangan, sedangkan Al-Bassam bertugas mem-post data-data hasil curian di Internet agar bisa disantap semua orang dengan cuma-cuma.

Di persidangan, keempat pemuda ini mengakui kesalahan mereka atas pencurian data di Sony, membuat berita palsu di situs berita The Sun, dan meretas situs CIA juga Angkatan Udara AS. Cleary, yang mendapat hukuman terberat, juga mengaku bersalah atas peretasan ke komputer Angkatan Udara AS.

Jaksa Sandip Patel mengatakan Cleary memang berbeda dibandingkan anggota yang lain. Dia bukan anggota inti Lulzsec, tapi punya peran penting di kelompok itu. "Dari berbagai barang bukti sudah jelas diketahui bahwa mereka hanya ingin meraih ketenaran dan publisitas di dunia," kata Patel.

Siapa Lulzsec?

Orang-orang kunci Lulzsec boleh mendekam sementara di balik sel. Tapi, rekam jejak aksi mereka kerap menjadi buah bibir di kalangan pemerhati sistem keamanan siber dunia.
Apa saja aksi penting mereka? Ada baiknya, kita berkenalan dulu dengan kumpulan "orang-orang hebat" ini.

Lulz Security, atau biasa dikenal Lulzsec, adalah kelompok peretas yang mengaku bertanggung jawab atas serangkaian serangan siber tingkat tinggi sepanjang 2011. Beberapa yang menjadi sorotan adalah "hasil karya" mereka pada situs milik Sony Pictures dan CIA.

Beberapa pakar keamanan mengatakan Lulzsec sukses menyedot perhatian publik dengan mengganti tampilan muka situs-situs yang mereka retas dan lalu menggantinya dengan pesan-pesan sarkastis atau ejekan.

Salah satu pendiri Lulzsec adalah Hector Monsegur alias Sabu. Pria berusia 24 tahun itu tersohor sebagai seorang spesialis keamanan komputer.
Dia lalu diringkus aparat keamanan Inggris dan lantas membantu aparat untuk melacak anggota Lulzsec lainnya. Tak butuh waktu lama, Pemerintah Inggris pun meringkus Cleary, Davis, Al-Bassam, dan Ackroyd.

Aksi Lulzsec mulai menyita perhatian pada pertengahan 2011. Korbannya tidak sedikit. Dimulai dari Fox Broadcasting Company. Pada Mei 2011, Lulzsec sukses menyusup ke situs Fox dan menggondol 73 ribu data kontestan X Factor.

Berlanjut pada Juni 2011, giliran situs perusahaan Sony Pictures yang mereka obrak-abrik. Hasilnya, Lulzsec mengantongi ribuan data-data pelanggan, mulai dari nama, password, alamat rumah, alamat email, dan tanggal lahir. Lulzsec mengaku telah mencuri 100 ribu data personal, tapi Sony mengklaim data yang diambil hanyalah 37.500.

Aksi mereka pun berlanjut ke level lebih serius. Lulzsec menyusun rencana untuk memporakporandakan situs-situs pemerintahan. Dan lagi-lagi berhasil.
Sebut saja situs Central Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat. Pada 15 Juni 2011, Lulzsec mengambil alih situs tersebut dengan mematikannya selama tiga jam.

Situs Anggota Senat Amerika Serikat, senate.gov, juga kebagian giliran. Pada 13 Juni 2011, Lulzsec mencuri e-mail dan password sejumlah anggota Senat. Di situs itu, Lulzsec meninggalkan pesan, "Ini adalah aksi kecil. Apakah ini termasuk perang, Tuan-tuan?"

Ungkapan itu merupakan reaksi keras mereka atas pernyataan Pentagon yang menyebut serangan siber bisa dianggap sebagai sebuah tindakan perang.

Pesan para peretas Lulzsec yang ditinggalkan di situs senate.gov (neowin.net)

Aksi mereka terus berlanjut. Di tengah malam, 26 Juni 2011 silam, Lulzsec merilis sebuah pernyataan di website mereka, memberi tahu bahwa mereka telah pensiun.

Dalam rilis terakhirnya berjudul "50 Days of Lulz", Lulzsec menjelaskan kalau anggotanya ada tujuh orang dan semua telah "gantung keyboard".

Namun, pernyataan itu hanya omong kosong belaka. Satu bulan kemudian, tepatnya 18 Juli 2011, Lulzsec kembali beraksi, menyerang situs suratkabar News Corporation. Dalam serangan itu, Lulzsec membuat berita palsu mengenai kematian Rupert Murdoch, pemilik News Corp.

Di setiap aksi mereka, Lulzsec memang biasa meninggalkan pesan bertuliskan "lulz" atau "lol" yang berarti tertawa terbahak-bahak (laughing out loud). Itu sesuai dengan motto kelompok peretas ini: "Tertawakan keamanan Anda sejak 2011".

Lulzsec boleh dibilang sangat sering menyerang situs-situs perusahaan yang memiliki tingkat keamanan yang rendah. Namun, di setiap aksi mereka, Lulzsec mengaku tidak pernah mencuri data sebuah perusahaan untuk tujuan kriminal. Mereka mengaku lebih suka mengejek dan membuat malu perusahaan yang mereka anggap angkuh.

Lulzsec juga menyatakan serangan siber mereka tidak bertujuan untuk mendapatkan keuntungan finansial, seperti merampok, mencuri, carding atau pencurian nomor kartu kredit. Mereka mengklaim motivasi utamanya adalah untuk bersenang-senang dan menciptakan kekacauan. Atau, kadang-kadang ada juga yang bermuatan politis.

Kelompok ini mengatakan pernah membantu serangan-serangan siber yang dilakukan oleh "teman seperjuangan" mereka seperti Anonymous, LulzRaft, AntiSec, dan lainnya.

Kini, jagat maya bakal menjadi "lebih aman". Setidaknya, sampai mereka dibebaskan oleh Kepolisian Inggris sekitar dua-tiga tahun lagi.

Rabu, 24 April 2013

Cara Mengunci Control Panel, Task Manager Komputer, CMD

Cara Mengunci Control Panel

Jika anda adalah seorang operator atau pemilik warnet, saran untuk anda sebaiknya untuk mengunci akses ke control panel. Mungkin antara penting dan tidak penting, anggap saja untuk mengantisipasi terhadap user yang jahil.

Untuk cara mengunci control panel komputer saya terangkan sebagai berikut :
  • Buka RUN dengan cara tekan “WIN+R” pada keyboard, atau Klik Start dan klik Run…
  • Ketik gpedit.msc dan kemudian ENTER atau klik OK
  • Cari User Configuration => Administrative Settings => Control Panel
  • Pada jendela rincian, klik dua kali Prohibit access to the Control Panel
  • Pilih dan Klik Enabled dan klik OK
  • Terakhir restart komputer anda
Namun jika ingin lebih aman lagi belum cukup hanya dengan mengunci akses control panel komputer, lebih aman jika kita juga mengunci akses Task manager dan Regedit.Sumber Bacaan

Cara Disable Task Manager

Cara Disable Task Manager – Pada saat ini sudah banyak pengguna komputer yang mengetahui aplikasi-aplikasi pada sistem operasi windows yang salah satunya adalah task manager. Dengan task manager anda bisa mengeksekusi program yang anda pilih maupun mengakhiri program secara paksa. Disamping bermanfaat hal ini juga bisa cukup merepotkan khusus nya bagi warnet ataupun komputer yang ingin dibatasi dari user-user yang jail. Untuk mengantisipasi hal itu maka task manager harus di nonaktifkan. Maka Berikut ini cara untuk disable task manager :
  1. Tekan tombol “Windows+R”
  2. Ketikan “gpedit.msc” 
  3. Setelah itu pada “User Configuration” pilih “Administrative Templates”
  4. Pilih “System>>Ctrl+Alt+Del Options”
  5. Double Klik Pada “Remove Task Manager”
  6. Ubah Setingan menjadi “Disabled” dan klik OK
Sekarang anda sudah berhasil memblok task manager,semoga artikel Cara Disable Task Manager dapat
bermanfaat untuk anda. Sumber Bacaan

Cara Mengunci Command Prompt/CMD
  1. Buka Group Policy dari run → Gpedit.msc
  2. Klik User Configuration
  3. Klik Adminstrative Templates
  4. Klik System
  5. Pilih Prevent Acces To The Command Prompt

   Pilih Enable lalu pada bagian Disable The Command Prompt Processing Script Also pilih YES untuk mematikan total COMMAND PROMPT
Nah jika pada pilihan diatas anda pilih no maka hanya CMD saja yang di block sedangkan script nya tak diblok dan tetap dapat diakses dari perintah command pada menu run !!
Jadi sebaiknya anda pilih yes saja !!
Sekian Trik sederhana ini Semoga bermanfaat…….Sumber Bacaan