Total Tayangan Halaman

Tampilkan postingan dengan label Pertanian/Agriculture. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pertanian/Agriculture. Tampilkan semua postingan

Kamis, 06 Juni 2013

Tanaman Karet Sangat Berguna Bagi Lingkungan

Tanaman karet memang bukan tanaman asli Indonesia. Namun saat ini, tanaman karet telah menempati areal seluas lebih dari 3 juta hektar dan 85 persennya merupakan karet rakyat.Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat hidup sampai sekitar 30 tahun. Tinggi tanaman karet bisa mencapai 15 sampai 20 meter.Lateks merupakan bahan utama dari tanaman karet berasal dari batangnya, di mana terdapat pembuluh lateks.
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya pada saat kekurangan air di musim kemarau. Daun-daun tanaman karet yang gugur di musim kemarau itu akan kembali tumbuh di musim hujan.
Pada bagian akar tanaman karet akan menyebar cukup luas sehingga memungkinkannya untuk tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet.
Sebelum dapat menghasilkan lateks yang dapat disadap, tanaman karet memerlukan waktu selama lima tahun sehingga lateks baru dapat disadap pada tahun keenam. Secara ekonomis, tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.
Sejarah Tanaman Karet
Sejarah tanaman karet dimulai ketika Christopher Columbus menemukan benua Amerika pada tahun 1476. Saat itu, Columbus melihat orang-orang Indian bermain bola dengan menggunakan sesuatu yang terbuat dari bahan yang dapat memantul apabila dijatuhkan ke tanah. Namun rupanya bola itu terbuat ari campuran akar, kayu, dan rumput, yang dicampur dengan suatu bahan yang dipanaskan dengan api dan dibentuk bulat.
Namun pada tahun 1731, para ilmuwan tertarik untuk menyelidiki bahan yang akhirnya disebut lateks tersebut. Seorang ahli dari Prancis bernama Fresnau melaporkan adanya tanaman yang menghasilkan lateks atau karet. Tanaman itu ditemukan di hutan Amazon (Brazil), yaitu tanaman dengan speciesHavea brasilienss.
Tanaman itulah yang sekarang menjadi tanaman penghasil karet utama dan sudah dibudidayakan di Asia Tenggara. Saat ini, tanaman ini sudah menjadi penghasil karet utama di dunia.
Perkembangan tanaman karet sebagai tanaman industri dimulai ketika seorang bernama Charles Goodyear melakukan penelitian pada tahun 1938. Berdasarkan hasil penemuannya, jika belerang dicampurkan dengan karet dan dipanaskan, maka karet akan menjadi elastis dan tidak lagi terpengaruh oleh cuaca. Sebelum Goodyear menemukan campuran ini, semua bahan yang terbuat dari karet akan menjadi keras pada waktu musim dingin.
Oleh para ahli, temuan Charles Goodyear ini disebut sebagai proses vulkanisasi. Proses inilah yang akhirnya disebut sebagai awal perkembangan industri karet.
Tanaman Karet di Indonesia
Pada saat awal masuk ke Indonesia, tanaman karet tidak melalui proses penyeleksian biji. Berdasarkan hasil penanaman tanaman karet yang masuk ke Indonesia itu didapatkan hasil yang beragam. Kemudian pada tahun 1910, dilakukan seleksi dari biji-biji yang berasal dari tanaman karet yang memiliki pertumbuhan dan produksi yang baik, untuk kemudian dikembangkan kembali.
Pada tahun 1917, ditemukan teknik okulasi. Teknik okulasi ini membawa perubahan penting dalam perkembangan tanaman karet. Dengan teknik ini, sifat pertumbuhan dan produksi baik dapat relatif dipertahankan.
Perkembangan tanaman karet di Indonesia memang sangat cepat. Pada tahun 1977, areal tanaman karet di Indonesia sekitar 2 juta hektar. Pada tahun 2000-an ini, areal tanaman karet sudah mencapai 3 juta hektar.
Manfaat Tanaman Karet untuk Lingkungan
Selain hasilnya yang berupa lateks yang dapat diolah menjadi berbagai macam komoditi, ternyata tanaman karet memiliki kegunaan lain. Tanaman karet sangat berguna bagi lingkungan karena dapat digunakan untuk reboisasi dan rehabilitasi lahan. Hal ini karena tanaman karet dapat beradaptasi pada lahan yang kurang subur.
Di Indonesia, jumlah lahan kritis sudah mencapai jutaan hektar. Lahan kritis itu hanya menjadi areal yang dipenuhi dengan alang-alang. Menurut beberapa ahli, lahan yang telantar itu sebetulnya dapat dimanfaatkan kembali dengan sebelumnya dilakukan rehabilitasi terlebih dahulu. Lahan yang terlalu lama ditumbuhi alang-alang akan mudah terkena erosi.
Untuk itu, lahan tersebut harus dimanfaatkan untuk tanaman yang tidak terlalu membutuhkan tingkat kesuburan tinggi, yang sekaligus mampu mencegah erosi. Di sinilah peran tanaman karet.
Tanaman karet adalah salah satu tanaman yang mampu berperan dalam reboisasi dan rehabilitasi lahan. Hal ini karena sifat tanaman karet yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan dan tidak terlalu memerlukan tanah dengan tingkat kesuburan yang tinggi.
Pengkajian tanaman karet sebagai tanaman yang dapat berfungsi untuk merehabilitasi lahan sudah dilakukan sejak tahun 1989. Tanaman karet diketahui memberikan beberapa keuntungan, seperti menciptakan lingkungan yang lebih sehat karena tanaman karet dapat berfungsi sebagai sumber oksigen, pengatur tata air tanah, mencegah erosi dan membentuk humus.
Tanaman karet juga memiliki nilai ekonomi tinggi karena menghasilkan lateks dan kayu sehingga meningkatkan produktivitas lahan.Namun, untuk mendukung keberhasilan reboisasi dan rehabilitasi lahan dengan menggunakan tanaman karet, dibutuhkan teknologi budi daya, seperti penyiapan jalur penanaman, sistem tanam, penyiapan bahan tanam, dan pemeliharaan tanaman.
Tanaman karet yang dipilih adalah tanaman karet dengan potensi produksi sedang sampai tinggi. Teknik budidaya dan pemilihan klon ini adalah kunci keberhasilan penanaman karet. Jika akan digunakan kayunya maka dipilih tanaman karet yang pertumbuhannya cepat.
Selain untuk rehabilitasi lahan, tanaman karet juga berguna untuk mengurangi kadar gas karbon dioksida (CO2). Sejak dimulainya revolusi industri, terjadi peningkatan drastic CO2 di muka bumi ini. Karena menyebabkan efek rumah kaca, CO2 menjadi ancaman bagi kehidupan di bumi karena mengakibatkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi.
Tanaman karet memiliki peran besar dalam penyerapan CO2 karena memiliki kanopi yang lebar dan permukaan hijau daun yang luas. Tanaman karet seperti halnya tanaman hutan, mampu mengolah CO2 sebagai sumber karbon yang digunakan untuk fotosintesis.
Secara alami, gas CO2 diproses oleh vegetasi tanaman, termasuk tanaman karet melalui fotosintesis dan menghasilka oksigen. Hal ini berarti bahwa tanaman karet mampu mengurangi jumlah emisi gas CO2 di udara.Selain bermanfaat sebagai tanaman perkebunan, tanaman karet juga berpotensi menjadi tanaman hutan. Sebagai tanaman hutan, karet efektif sebagai paru-paru dunia dan penambat CO2.
Tanaman Karet sebagai Solusi untuk Mengurangi Emisi CO2
Proses fotosintesis pada tanaman karet dapat membangun keseimbangan energi sehingga semakin banyak jumlah tanaman karet maka akan segera tercapai keseimbangan energi. Energi matahari yang diserap oleh tanaman karet digunakan untuk kegiatan fotosintesis, respirasi, transpirasi, translokasi unsur hara, dan asimilat.
Energi cahaya yang ditangkap dalam fotosintesis diubah menjadi energi potensial. Energi itulah yang akan digunakan untuk mengabsorbsi unsure hara, mineral, dan air.Secara kasar, sebatang pohon mampu menyerap CO2 antara 20 sampai 36 gram setiap harinya.
Hal itu berarti jika di suatu lahan terdapat 300 batang tanaman karet maka CO2 yang mampu diserap setiap harinya mampu mencapai 6 sampai 10,8 kilogram. Dalam setahun, lahan itu mampu menyerap karbon dioksida sebesar 75 ribu hingga 136 ribu ton.
Lalu, bagaimana dengan produksi oksigen? Jika dalam setiap pohon karet memiliki 200 lembar daun maka 300 pohon itu akan menyumbang oksigen sebanyak 300 liter per jam karena setiap lembar daun tanaman karet mampu memproduksi oksigen sebanyak 5 mililiter. Hal ini berarti semakin luas tanaman karet maka akan semakin banyak oksigen yang dihasilkan.
Selain itu, tanaman karet juga dapat menaikkan kandungan air tanah dan kelembaban udara, mengurangi kadar silau dalam cahaya matahari, serta menyerap gas, partikel padat dan aerosol yang berasal dari kendaraan bermotor dan industri.SB

Silahkan klik link artikel dibawah ini : 

Kesaksian Petani Karet

Nama Saya : Hadinansyah KA, alamat rumah Jl. Muchran Ali GG.Pos Polisi no. 16 B rt,23 rw,07 Baamang Tengah Sampit Kalteng Hp. 085249706105.
Saya memiliki sebidang tanah seluas 5000 M persegi, saya tanami bibit karet 500 pohon berupa bibit karet cabutan karet lokal yang besarnya kira-kira seukuran batang rokok.   Dengan pengetahuan yang ada saya pelihara kebun dengan membersihkan dari rumput dan tumbuhan pengganggu lainnya.  Saat umur karet 6 bulan saya berikan Urea Campur NPK sebanyak 2 sendok makan pertanaman, reaksinya karet sayapun menampakan perubahan dengan munculnya tunas baru.
Umur karet setahun besar batangnya hanya seukuran telunjuk tangan saya, sayapun bertanya dalam hati… Kalau begini kapan panennya??? satu tahun kok perubahannya hanya sebesar telunjuk tangan.  Setelah saya pikir dan amati ternyata lahan/tanah kebun tidak mendukung pertumbuhan  karena keras dan berpasir.   Akhirnya saya temukan pupuk Nasa, saya coba beli satu SUPER NASA 250 gram + NPK 20 kg saya campur air 500 liter untuk mengocor 500 pohon artinya  i liter perpohon. Awalnya sih juga ragu apa bisa ya pupuk sekecil ini membuat tanamanku berubah?. Hasilnya terlihat 1 bulan setealh saya kocor/siram dengan tanda pucuk (tunas) bermunculan terus menerus selama 4 bulan, tanah makin gembur, pohon karetpun ikut membesar.  Kini setelah 6 bulan pohon sudah seukuran batrey Evereadi besar.
Umur Karet 1,5 tahun saya pupuk lagi dengan dosis 1 botol Super nasa + 1 btl POC NASA + 1 Btl Hormonik + NPK 20 kg campur dan aduk dengan air 500 liter untuk 500 tanaman ( 1liter/pohon).  Hasilnya terlihat setelah satu bulan kemudian, tunas baru bermunculan lebih besar ukurannya dari rantingnya, kulit pohon retak retak karena pembesaran pohon sangat cepat dan tanah tampak sudah berubah gembur keseluruhan.  Setelah 6 bulan kemudian kini batang pohonnya seukuran botol air mineral kemasan 1,5 liter.
Umur karet 2 tahun saya pupuk lagi dengan dosis 2 Super nasa + 1 POC nasa + 1 hormonik + 20 kg NPK campur 250 liter air utuk mengocor 250 pohon karet.  Sekarang umur karet saya 2,5 tahun besar pohon rata rata berdiameter 15 cm.  Kalau begini saya berani menargetkan bahwa 2,5 tahun lagi sudah berdiameter 30 cm dan sudah bisa dipanen (disadap).
Kesimpulannya dengan Nasa mempercepat pertumbuhan dan mengemburkan tanah.  semua ini adalah pengalaman pribadi saya sebagai Petani karet lokal. Bagi saya, NASA TEMAN SEJATI SAYA
kEPADA PARA PETANI, PEKEBUN SAYA HARAPKAN UNTUK MENCOBA KARENA MENCOBA KITA TAU BUKTINYA DAN PASTI ANDA AKAN MEMPUNYAI PENGALAMAN SEPERTI SAYA.SB

Silahkan klik link artikel dibawah ini : 

Budidaya Tanaman Karet di Indonesia

TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET
Untuk  membangun  kebun  karet  diperlukan  manajemen  dan  teknologi  budidaya tanaman
 karet  yang mencakup, kegiatan sebagai berikut:
• Syarat tumbuh tanaman karet
• Klon‐klon karet rekomendasi
• Bahan tanam/bibit
• Persiapan tanam dan penanaman
•Pemeliharaan tanaman:
 pengendalian gulma, pemupukan dan  pengendalian penyakit
• Penyadapan/panen

1. Syarat Tumbuh Tanaman Karet

Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan
dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.
a. Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.
b.Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan
berkurang.
c.Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25oC sampai 35oC.
d.Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet
e.Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena  kandungan  haranya  rendah.  Tanah  alluvial  biasanya  cukup  subur,  tetapi  sifat  fisikanya  terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 ‐ pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH <
3,0 dan > pH 8,0. Sifat‐sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
•    Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu‐batuan dan lapisan cadas
•    Aerase dan drainase cukup
•    Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
•    Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
•    Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
•    Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
•    Reaksi tanah dengan pH 4,5 ‐ pH 6,5
•    Kemiringan tanah < 16% dan
•    Permukaan air tanah < 100 cm.


2. Klon‐klon Karet Rekomendasi
Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong percepatan pembenahan  dan  peremajaan  karet  yang  kurang  produktif  dengan  menggunakan  klon‐klon  unggul  dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 ‐ 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul.

Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon‐klon unggul baru generasi‐4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon‐klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat‐sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon‐klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis‐ jenis produk karet yang akan dihasilkan.
Klon‐klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati‐hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat.

3. Bahan Tanam
Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang
baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakuka paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
Persiapan  batang  bawah  merupakan  suatu  kegiatan  untuk  memperoleh  bahan  tanam  yang  mempunyai
perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan
pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan   benih,   perkecambahan,   penanaman   kecambah,   serta   usaha   pemeliharaan   tanaman   di pembibitan. Untuk  mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah. Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polibeg, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata entres ini yang merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh klon yang digunakan sebagai batang atasnya.
Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka kematian di lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan. Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja untuk kegiatan‐ kegiatan untuk pembuatan lubang tanam, pembongkaran, pengangkutan, dan penanaman bibit. Bibit yang sudah dibongkar sebaiknya segera ditanam dan tenggang waktu yang diperbolehkan paling lambat satu malam setelah pembongkaran. Secara lebih terperinci penyiapan bahan tanam karet okulasi dapat dilihat Buku Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat (tahun 1996, edisi ke‐2) atau Booklet Pengelolaan Bahan Tanan Karet (tahun
2005) yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet.

4. Persiapan Tanam dan Penanaman
Dalam pelaksanaan penanaman tanaman karet diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis
mulai dari pembukaan lahan sampai dengan penanaman.
a. Pembukaan lahan (Land Clearing)
Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa‐sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi : 
(a) pembabatan semak belukar, 
(b) penebangan pohon, 
(c) perecanaan dan pemangkasan, 
(d) pendongkelan akar kayu, 
(e) penumpukan dan pembersihan. 
Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok‐blok, penataan jalan‐jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.
b.Penataan blok‐blok.
Lahan kebun dipetak‐petak menurut satuan terkecil dan ditata ke dalam blok‐blok berukuran 10 ‐20 ha, setiap beberapa blok disatukan menjadi satu hamparan yang mempunyai waktu tanam yang relatif sama.
c.Penataan Jalan‐jalan
Jaringan jalan harus ditata dan dilaksanakan pada waktu pembangunan tanaman baru (tahun 0) dan dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam blokblok tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap areal terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh 200 m. Sedapatkan mungkin seluruh jaringan ditumpukkan/ disambungkan, sehingga secara keseluruhan merupakan suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan disesuaikan dengan jenis/kelas jalan dan alat angkut yang akan digunakan.
d.Penataan Saluran Drainase
Setelah  pemancangan  jarak  tanam  selesai,  maka  pembuatan  dan  penataan  saluran  drainase  (field  drain) dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan pada parit‐parit penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).
e.Persiapan Lahan Penanaman
Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :

Pemberantasan Alang‐alang dan Gulma lainnya
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang‐alang, dilakukan
pemberantasan alang‐alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan  ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.
*Pengolahan Tanah
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar
20  cm.  Namun  demikian  pengolahan  tanah  secara  mekanis  untuk  lahan  tertentu  dapat  dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.
Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan. Untuk setiap 6 ‐ 10 pohon (tergantung derajat kemiringan tanah) dibuat benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada permukaan petakan.
*Pengajiran
Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanaman sebagai berikut : a) Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00 ‐ 80) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur ‐ Barat berjarak 7 m dan arah Utara ‐ Selatan berjarak 3 m
*Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% ‐ 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras‐teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur).
Bahan  ajir  dapat  menggunakan  potongan  bambu  tipis  dengan  ukuran  20  cm  –  30  cm.  Pada  setiap  titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.
*Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah
bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan  Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.
*Penanaman Kacangan Penutup Tanah (Legume cover crops = LCC)
Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk
menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.

Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4 kg. Pueraria javanica, 6 kg Colopogonium mucunoides, dan 4 kg Centrosema pubescens, yang dicampur ke dalam 5 kg Rock Phosphate (RP) sebagai media. Selain itu juga dianjurkan untuk menyisipkan Colopogonium caerulem yang tahan naungan (shade resistence) ex biji atau ex steck dalam polibag kecil sebanyak 1.000 bibit/ha. Tanaman kacangan dipelihara dengan melakukan penyiangan, dan pemupukan dengan 200 kg RP per hektar, dengan cara menyebar rata di atas tanaman kacangan.
*Seleksi dan Penanaman Bibit
Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki
sifat‐sifat  umum  yang  baik  antara  lain  :  berproduksi  tinggi,  responsif  terhadap  stimulasi  hasil,  resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :
•    Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
•    Mata okulasi benar‐benar baik dan telah mulai bertunas
•    Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
•    Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).

Kebutuhan bibit

Dengan jarak tanam 7  m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.
Penanaman.

Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP ‐ 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.

5. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.
Pengendalian gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang‐alang, Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan umur tanaman.SB

sumber:
Chairil Anwar , Pusat Penelitian Karet, Medan 2001
MiG Corp.
Silahkan klik link artikel dibawah ini :