Total Tayangan Halaman

Tampilkan postingan dengan label Asma / Asthma. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asma / Asthma. Tampilkan semua postingan

Selasa, 21 Mei 2013

Frankincense Bisa Sembuhkan Asma ???

Dalam penelitian terbaru, para peneliti bersama Profesor Werz membandingkan resin dari berbagai jenis Frankincense pada dampak anti-inflamasi. Ada lebih dari sepuluh jenis spesies Boswellia di dunia. Yang paling terkenal dan banyak digunakan adalah Serrata Boswellia dari India Utara dan India Tengah.

“Kami mampu menunjukkan bahwa resin dari Papyrifera Boswellia adalah sepuluh kali lebih kuat,” jelas Profesor Werz. Spesies ini banyak ditemukan di Timur Laut Afrika (Ethiopia, Somalia) dan di Semenanjung Arab (Yaman, Oman).
“Asam Boswellic secara eksklusif dihasilkan dalam resin pohon Boswellia dan sangat sulit untuk memproduksi secara sintetis,” tambah Werz.
Oleh karena itu, pohon ini satu-satunya sumber bahan aktif yang menjanjikan. Namun, pohon Boswellia sudah menjadi spesies pohon yang terancam punah. Di beberapa tempat, pohon ini hanya digunakan sebagai bahan bakar pemanas.
“Dengan tanpa perlindungan yang berkelanjutan, jenis tumbuhan ini tidak hanya terancam punah, tetapi juga bidang kedokteran akan kehilangan obat yang menjanjikan bahan aktif,” tutup Profesor Werz.

Frankincense Bisa Sembuhkan Asma?

Sejak zaman kuno, aroma wewangian dari pembakaran Frankincense (atau yang dikenal di Indonesia sebagai kemenyan) telah menjadi bagian dari berbagai upacara keagamaan. Tetapi, Frankincense ternyata punya kelebihan lain.

“Resin dari batang pohon Boswellia ini mengandung zat anti-inflamasi,” kata Profesor Dr. Oliver Werz dari Friedrich Schiller University Jena (Jerman).
Menurut Werz, zat ini bisa sangat bermanfaat dalam terapi terhadap penyakit seperti asma, rheumatoid arthritis atau dermatitis atopik. Namun sejauh ini, zat aktif dalam Frankincense belum ditemukan dalam obat-obatan di apotek Jerman, karena dampak secara farmakologi dari zat tersebut belum banyak diteliti.
“Meski resin Boswellia sudah digunakan selama ribuan tahun dalam pengobatan, penelitian klinis yang sudah dilakukan sejauh ini masih belum cukup untuk membuat lisensi di Jerman dan Eropa,” jelas Profesor Werz.
Tetapi, itu semua bisa berubah. Sebagai bagian dari proyek menguntungkan bersama Saarbrücken University dan sebuah perusahaan start-up, Profesor Werz dan timnya akhirnya meneliti efek kuratif dari Frankincense.
Dalam proyek ini, para peneliti mampu menunjukkan di mana tepatnya asam Boswellic, yang bertanggung jawab atas dampak dari bahan-bahan resin Boswellia. Zat ini bisa mempengaruhi proses inflamasi atau peradangan.
“Asam Boswellic berinteraksi dengan protein yang berbeda dan merupakan bagian dari reaksi inflamasi, tetapi sebagian besar dibantu dengan enzim yang bertanggung jawab untuk sintesis, prostaglandin E2,” kata Werz.
Prostaglandin E2 adalah salah satu mediator dari respon kekebalan tubuh dan memainkan peran penting dalam proses inflamasi, serta pengembangan demam dan rasa sakit.
“Asam Boswellic memblokir enzim ini secara efisien dan dengan demikian mengurangi reaksi inflamasi,” jelas Werz. Dengan ini, asam Boswellic tidak hanya bisa digunakan dalam terapi penyakit peradangan, tetapi juga memiliki sedikit efek samping ketimbang perawatan anti-inflamasi saat ini, seperti diklofenak atau indometasin.
Meski efeknya kurang spesifik, kedua perawatan anti-inflamasi itu bisa meningkatkan risiko sakit maag dan secara negatif mempengaruhi fungsi ginjal. Baca Selengkapnya

Silahkan klik link artikel dibawah ini :
Berjemur Bisa Sembuhkan Sakit Asma?  

Redakan Asma dengan Berolahraga

Apakah Anda penderita asma? Mulai sekarang Anda sebaiknya Anda rajin berolahraga agar Asma Anda tidak semakin parah.

Menurut hasil penelitian terbaru oleh Kristin V.Carson dan rekan-rekan penelitinya, aktivitas berolahraga ternyata tidak hanya baik bagi para penderita asma, tetapi juga bisa mengurangi risiko gejala atau serangan asma. Banyak penderita asma kebanyakan memang menghindari berolahraga karena takut memicu gejala atau serangan asma. Seiring berjalannya waktu tanpa berolahraga, Carson menjelaskan, pasien akan mengalami kekurusan, kehilangan massa otot dan kehilangan kebugaran kardiovaskular. Hal itu berakibat buruk pada aktivitas fisik kehidupan sehari-hari yang semakin membutuhkan energi lebih besar. Sehingga, kondisi seperti itu memperburuk kondisi pasien yang akan menjadi lebih lelah dan sesak napas.
Untuk mengetahui apakah olahraga berbahaya bagi penderita asma, Carson dan rekan-rekannya me-review hasil penelitian terakhir mengenai efek latihan fisik pada penderita asma. Mereka membandingkan pasien penderita asma yang tidak melakukan aktivitas fisik dengan pasien yang melakukan olahraga minimal 20 menit, dua kali seminggu, atau selama empat minggu penuh.
Para peneliti menemukan bahwa pasien yang melakukan pelatihan fisik seperti berjogging, treadmill, bersepeda, dan berenang, ternyata tidak memiliki masalah asma serius dibandingkan dengan mereka yang tidak berolahraga atau yang tidak berolahraga ringan seperti yoga.
Carson menambahkan, temuannya ini menunjukkan bahwa pasien dalam program olahraga juga bisa meningkatkan kebugaran kardiovaskular mereka yang mampu mengurangi gejala asma dari waktu ke waktu.
Selain itu, beberapa hasil dari penelitian ini termasuk penyaranan olahraga demi meningkatkan kualitas hidup pasien penderita asma, berkontribusi terhadap manfaat kesehatan lainnya, dan meningkatkan kesehatan psikologis.
Sumber Bacaan

Silahkan klik link artikel dibawah ini :
Frankincense Bisa Sembuhkan Asma?  

Ibu Hamil Perokok Lahirkan Bayi Penderita Asma

 Istilah asma sudah sering kita dengar sebelumnya, tapi apakah sebenarnya penyakit asma itu dan bagaimana cara menanganinya?
Apa Itu Asma?
Asma adalah suatu bentuk penyakit alergi yang diturunkan dari orang tua dan ditandai dengan gangguan saluran nafas seperti sesak, batuk yang disertai suara mengi namun tanpa disertai demam (kecuali bila ada infeksi).
Apa Saja Gejala Asma Itu?
Gejala asma beragam, antara lain rasa sesak yang hilang timbul dan kadang batuk yang tidak sembuh dengan antibiotik. Pada kondisi yang berat, sesak nafas ini dapat menimbulkan penurunan kesadaran.
Siapa Saja yang Bisa Terkena Asma?
Asma dapat mengenai semua usia, dari anak hingga orang tua.
Faktor Apa Saja yang Mencetuskan Asma?
Penyakit asma seperti yang telah dijelaskan diatas adalah suatu penyakit alergi sehingga gejala muncul apabila terdapat faktor pencetus seperti suhu dingin, debu, makanan tertentu hingga obat-obatan herbal, dan sebagainya.
Bagaimana Memastikan Anda Terkena Asma?
Dari gejala yang telah disebutkan di atas, diikuti dengan pemeriksaan seperti spirometri untuk melihat fungsi paru dan rongent paru untuk mencari adakah infeksi. Pemeriksaan darah tidak memiliki fungsinya terlalu signifikan dalam diagnosis asma.
Bila Anda Sudah Mendapat Diagnosis Asma, Apa yang Dapat Dilakukan?
Yang utama dari penanganan asma adalah PENCEGAHAN dari faktor pencetus asma. Pencegahan ini harus dilakukan oleh pasien, karena faktor pencetus asma tidak dapat ditentukan oleh dokter melainkan oleh pasien sendiri dengan memperhatikan waktu terjadinya serangan asma.
Pengobatan asma terdiri dari obat reliever yang bertujuan menghilangkan gejala yang sudah terjadi dan controller yang bertujuan mencegah serangan sebelum terjadi. Contoh obat reliever adalah salbutamol dan contoh obat controller adalah budesonide yang semuanya diberikan secara inhalasi.
Olahraga adalah salah satu upaya yang dapat membantu menurunkan kejadian serangan asma, dan jenis olahraga yang dianjurkan adalah yang bersifat aerobik seperti jogging, berenang, maupun bersepeda.
Sumber Bacaan

Silahkan klik link artikel dibawah ini :
Redakan Asma dengan Berolahraga

Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Asma dan Cara Mengatasinya

 Istilah asma sudah sering kita dengar sebelumnya, tapi apakah sebenarnya penyakit asma itu dan bagaimana cara menanganinya?
Apa Itu Asma?
Asma adalah suatu bentuk penyakit alergi yang diturunkan dari orang tua dan ditandai dengan gangguan saluran nafas seperti sesak, batuk yang disertai suara mengi namun tanpa disertai demam (kecuali bila ada infeksi).
Apa Saja Gejala Asma Itu?
Gejala asma beragam, antara lain rasa sesak yang hilang timbul dan kadang batuk yang tidak sembuh dengan antibiotik. Pada kondisi yang berat, sesak nafas ini dapat menimbulkan penurunan kesadaran.
Siapa Saja yang Bisa Terkena Asma?
Asma dapat mengenai semua usia, dari anak hingga orang tua.
Faktor Apa Saja yang Mencetuskan Asma?
Penyakit asma seperti yang telah dijelaskan diatas adalah suatu penyakit alergi sehingga gejala muncul apabila terdapat faktor pencetus seperti suhu dingin, debu, makanan tertentu hingga obat-obatan herbal, dan sebagainya.
Bagaimana Memastikan Anda Terkena Asma?
Dari gejala yang telah disebutkan di atas, diikuti dengan pemeriksaan seperti spirometri untuk melihat fungsi paru dan rongent paru untuk mencari adakah infeksi. Pemeriksaan darah tidak memiliki fungsinya terlalu signifikan dalam diagnosis asma.
Bila Anda Sudah Mendapat Diagnosis Asma, Apa yang Dapat Dilakukan?
Yang utama dari penanganan asma adalah PENCEGAHAN dari faktor pencetus asma. Pencegahan ini harus dilakukan oleh pasien, karena faktor pencetus asma tidak dapat ditentukan oleh dokter melainkan oleh pasien sendiri dengan memperhatikan waktu terjadinya serangan asma.
Pengobatan asma terdiri dari obat reliever yang bertujuan menghilangkan gejala yang sudah terjadi dan controller yang bertujuan mencegah serangan sebelum terjadi. Contoh obat reliever adalah salbutamol dan contoh obat controller adalah budesonide yang semuanya diberikan secara inhalasi.
Olahraga adalah salah satu upaya yang dapat membantu menurunkan kejadian serangan asma, dan jenis olahraga yang dianjurkan adalah yang bersifat aerobik seperti jogging, berenang, maupun bersepeda.
Sumber Bacaan

Silahkan klik link artikel dibawah ini :
Ibu Hamil Perokok Lahirkan Bayi Penderita Asma  

Awas, Merokok Sebabkan Risiko Asma pada Cucu Anda

Bahaya merokok terhadap pengguna dan anak-anaknya memang sudah diketahui. Tetapi penelitian baru menunjukkan bahwa merokok juga bisa menurunkan risiko penyakit asma pada cucu-cucu para perokok.

Asma merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Ini adalah penyakit kronis yang paling umum pada masa kanak-kanak. Meski ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap asma, ibu yang merokok selama masa kehamilan juga termasuk factor risiko yang terkenal dan harus dihindari.
Selama kehamilan, nikotin bisa mempengaruhi paru-paru janin yang sedang berkembang, predisposisi bayi untuk asma di masa kanak-kanak.
Peneliti dari Harbor-UCLA Medical Centre, California, menguji efek dari paparan nikotin selama kehamilan pada tikus, tidak hanya melihat pada anak mereka, tetapi juga pada generasi kedua alias cucunya.
Paparan di dalam rahim mengakibatkan keturunan jantan dan wanita memiliki fungsi paru-paru yang kurang konsisten dengan asma.
Ini juga mengganggu fungsi paru-paru pada keturunan generasi kedua mereka sendiri, meski tikus generasi pertama tidak terpapar nikotin setelah dilahirkan.
Tingkat protein meningkat pada ibu perokok di paru-paru keturunannya, seperti reseptor fibronectin, collagen dan nicotinic aceylcholine, yang juga ditemukan pada cucunya.

Asma pada Orang Dewasa Disebabkan Lingkungan Kerja?

Waspadalah! Menurut para peneliti, ada banyak pekerjaan yang diduga bisa menyebabkan asma pada orang dewasa.
Dalam sebuah studi baru, awal perkembangan asma di masa dewasa sangat terkait dengan jenis pekerjaan, dan bukti terkuat tampaknya pada pekerjaan yang melibatkan kebersihan.
Para peneliti melakukan tinjauan sejarah pekerjaan di hampir 7.500 orang dewasa Inggris yang lahir pada 1958 dan semuanya diikutsertakan dalam Studi Pembangunan Anak Nasional. Studi ini melacak kesehatan jangka panjang di lebih dari 11.000 orang yang hidup di Inggris.
Jenis-jenis pekerjaan yang terkait dengan asma diantaranya adalah pertanian dengan lebih dari 4 kali lipat berisiko, penata rambut yang hampir 2 kali lipat berisiko, dan percetakan yang 3 kali lipat berisiko asma. Selain itu, pekerjaan di bidang kebersihan lainnya juga termasuk yang paling berisiko.
Setelah memperhitungkan faktor yang memengaruhi, orang yang terpapar zat perantara risiko rendah tercatat 20 persen lebih rentan untuk terserang asma. Sementara, orang yang terpapar zat perantara risiko tinggi tercatat 53 persen lebih mudah terkena asma. Dan, bagi yang terpapar kedua tingkatan risiko zat perantara tersebut tercatat 34 persen lebih mudah terkena asma.
Seperti dikutip Zeenews.com, zat perantara berisiko tinggi ini termasuk tepung, enzim, pembersih/produk disinfektan, logam dan asap logam, serta produksi tekstil.
Sumber Bacaan

Silahkan klik link artikel dibawah ini :
Awas, Merokok Sebabkan Risiko Asma pada Cucu Anda

Berjemur Bisa Sembuhkan Sakit Asma?

Baru-baru ini sebuah studi yang dilakukan di London, Inggris, menemukan terobosan baru dalam menanggulangi penyakit asma.

Penelitian yang dilakukan tim peneliti dari King’s College London mengungkapkan bahwa meningkatkan asupan vitamin D bisa menjadi cara yang efektif untuk mengurangi risiko memburuknya penyakit asma, dan berjemur di bawah sinar matahari adalah cara yang tepat untuk mendapatkan asupan vitamin D setiap hari.
Prof. Catherine Hawrylowicz selaku peneliti mengatakan, “Kami tahu betul bahwa orang-orang yang kadar vitamin D-nya tinggi lebih mampu mengendalikan asma mereka,” seperti dikuti BBC.
Lebih detil peneliti mengungkapkan bahwa vitamin D memiliki pengaruh yang signifikan terhadap senyawa interleukin-17 yang terdapat dalam tubuh. Senyawa tersebut merupakan bagian penting dalam sistem kekebalan tubuh. Namun jika kadarnya terlalu tinggi, senyawa tersebut berpotensi memunculkan gejala asma.
Studi yang telah dimuat dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology menemukan bahwa vitamin D dapat menurunkan kadar interleukin-17 dan berpotensi mengurangi gejala asma.
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengetahui efektifitas berjemur di bawah sinar matahari, sebagai langkah untuk meningkatkan asupan vitamin D, dengan berkurangnya gejala pada penderita asma.
“Tapi di balik ini ada juga pesan penting bahwa terpapar sinar matahari terlalu lama juga tidak baik bagi kesehatan kulit,” tutup Catherine.

Silahkan klik link artikel dibawah ini :